Saat-Saat Terindah Seorang Musafir yang Hanya Staf Biasa

11 March 2007

Lagi… Lagi…Lagi…

Lagi-lagi air jatuh membasahi antah,
lalu ditelan oleh basahnya tanah.


Yeah, semuanya memang akan kembali pada tanah, hanya menunggu, semua kita adalah camat (calon mati), lalu dihidupkan lagi dikumpulkan pada yaumul hisab, hari perhitungan, kemudian bagai kaleidoskop kehidupan yang pernah dijalani, kita dituntun melewati sirathol mustaqim, jalan yang lurus, jalan orang-orang yang beriman dan bermal sholeh, lalu dimanakah kita akan berada? berhasil melewati jalan yang telah ditetapkan dengan sungai-sungai yang mengalir diatasnya atau jatuh ke bawah (jatuh memang sudah pasti kebawah kan!) ketempat darah dan nanah sebagai minumannya dan api yang maha panas dengan manusia sebagai bahan bakarnya.

Obituary, satu
ada banyak tangis disetiap kematian
walau itu cuma berita jauh
requim-requim ayat dinyanyikan koor
banyak yang berdatangan
ada yang turut bersungkawa
ada pula yang cuma ikut serta


Berita kematian, Ah! Jujur saja sudah cukup bosan telinga ini mendengarnya, tidak banyak yang berbeda tangisan disana-sini, keheningan yang membangunkan (aihh… maksudnya apa nih? seperti lagu aja!), kemudian kembali dilupakan dengan berlalunya waktu.

Obituary, dua
untuk Juita

yang penuh mengisi kenangan
jika bukan keluarga, siapa?
namun ketika hanya kafan yang mampu menemani
kita bisa berharap mengirimkan isak
dengan yasin yang mengawali dan mengakhiri
malam memang sedang rintik
tapi kita disini masih tetap berdiri
hingga nanti pun kita bisa mengikuti
dengan tawa kecil yang menyungging
ah, mati itu begitu indah

Labels:

posted by Dedi Wahyudi at 2:23 PM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home